Oleh: meysanda | Februari 16, 2009

BERITA AJI

Propinsi | Rabu, 21/01/2009 17:01 WIB

AJI Ajak Media Kampus Hijrah ke Online

LOGO AJIPadang, (ANTARA) – Kecendrungan media online makin banyak diminati masyarakat sebagai sumber informasi, mendasari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang mengajak sejumlah media cetak kampus di Sumbar untuk beralih ke media online.

Tema ini mengemukan dalam diskusi yang dipimpin Ketua AJI Padang, Hendra Makmur dengan media cetak kampus, Suara Kampus dari IAIN Imam Bonjol, Genta Andalas dari Unand, Ganto dari UNP, Wawasan Proklamator dari UBH, Gema Justisia dari Fakultas Hukum Unand di Kantor AJI Padang, Jalan Parak Gadang Nomor 44 A, Rabu (21/1). Dengan pembicara Sofiardi Bachyul (jurnalis The Jakarta Post), Abdullah Khusairi (Pemred padangtoday.com) dan Yonda Sisko (jurnalis detik.com).

“Sumber informasi masyarakat saat ini cenderung berubah. Pers yang sebelumnya dikuasai media cetak kini mulai beralih ke media online. Tidak tertutup kemungkinan 10 tahun mendatang media cetak akan hilang dari pasaran dan beralih ke online,” papar Sofyardi Bahyul.

Tak hanya itu, Sofyardi menyebut kenyataan media cetak di dunia khususnya Amerika beralih ke media online. Bahkan Sumbar sendiri, telah banyak media online yang bermunculan. Seperti, antara-sumbar.com, padangkini.com, padangtoday.com, padangmedia.com.

“Sudah saatnya pers mahasiswa membuka pola pikirnya. Media online tidak mengenal jarak, waktu dan keterbatasan halaman. Ia bisa menjadi gabungan media cetak, televisi dan radio. Tentunya dengan biaya produksi yang lebih murah,” ujarnya.

Hal senada diutarakan Abdullah Khusairi. Menurutnya, salah satu kelebihan media online dan tidak bisa ditandingi media cetak adalah kecepatannya.

“Jika media cetak dalam berita berbicara kemarin, maka kita di media online bicara tadi pagi atau sejam lalu,” katanya.

Untuk itu, Abdullah Khusairi memandang pentingnya media kampus beralih ke online. Di samping meningkatkan kualitas untuk lebih mengenal kecanggihan teknologi saat ini.

Di sisi biaya, Yonda Sisko menyebut media online jauh lebih murah dalam produksi dan distribusinya.

“Bayangkan saja, media cetak terbatas produksinya. Dipengaruhi oleh kertas yang mahal, biaya produksi, tata wajah. Kemudian distribusi yang memerlukan biaya dan pemasarannya,” tandasnya.

Diceritakannya, detik.com sebagai salah satu media online besar di Indonesia dimulai dengan modal yang cukup kecil. Hanya Rp30 juta, saat kurs rupiah perdolarnya kisaran Rp7 ribu di akhir tahun 1998.

“Namun dalam beberapa tahun, industri media jurnalis online berkembang pesat di Indonesia dan Detik berkembang menjadi besar,” ungkap Yonda.

Diskusi diakhiri dengan tanya jawab antara peserta dengan pemateri serta kesediaan AJI Padang memfasilitasi dan membantu pers kampus untuk mewujudkan media jurnalis online kampus. (zis/RAR)


Tinggalkan komentar

Kategori