Oleh: meysanda | April 17, 2008

MENYINDIR POLITISI BUSUK

Judul : Politisi Khusyuk dan Politisi BusukRESENSI-POLITISI
Penulis : A Suryana Sudrajat
Penerbit: Erlangga
Cetak : Oktober 2006
Tebal : 112 halaman
ISBN : 979-781-605-2
Resensiator: Abdullah Khusairi

Heboh kontroversi PP 37 tentang keuangan di legislatif belum usai. Mereka yang kontra menilai, terdapat ketidakwajaran terhadap penerimaan gaji yang berlipat ganda sementara rakyat kecil menjerit.

Sementara yang pro, berdalih adanya celah dan dilegitimasi oleh peraturan. Pertanyaannya, siapakah yang terlibat dalam pembuat peraturan? Jawaban sederhana, tanpa harus lebih lembaga yang berkompeten dan berhak membuatnya, adalah mereka yang pintar-pintar dan pemimpin yang sedang memegang tampuk kekuasaan. Lebih dari itu, mereka adalah orang politisi yang memang selalu mengacungkan pikirannya kepada kekuasaan.

Buku yang ditulis oleh A Surya Sudrajat ini mencoba mengingatkan dengan judul yang provokatif, politisi khusyuk dan politisi busuk. Diteruskan dengan keterangan judul dengan font agak kecil, berkaca sejarah yang berulang pada peristiwa tempo doeloe.

Tidaklah berlebihan apa yang dipaparkan buku ini, tentang kekuasaan yang selalu beralih dari tangan yang satu ke tangan yang lain selalu menaruh dendam. Perebutan kekuasaan dan pajak dari rakyat selalu dekat dengan politisi. Itulah yang terjadi di negeri ini.

Peristiwa masa lalu dan kini terjadi dalam bentuk lain, merupakan pembuktian dari jargon Nicolo Machiavelli, politik itu busuk. Membenarkan hadits Nabi, semoga Allah mengutuk politik. (hal.15)

Terdapat 15 tulisan bernas seputar tindak tanduk politisi busuk dan politisi yang khusyuk. Khusus yang khusuk, amatlah sulit dicari pada zaman ini. Meminjam pendapat Umar bin Khattab, bagaimana mungkin orang baik akan merasa aman dan yang jahat merasa taku? Jika pemimpin menyimpang, rakyat pun akan menyimpang. ?Agaknya, kita mesti harus melihat secara mendalam, mana pemimpin kita yang benar-benar khusyuk mengurus rakyatnya.

Pemimpin-pemimpin kita, yang duduk di eksekutif, legislatif, yudikatif masih berkutat dengan masalah-masalah mereka sendiri. Kalau pun membahas persoalan rakyat, yang terjadi, rakyat hanyalah bagian terakhir yang hanya dijadikan objek saja. Semoga buku ini dibaca oleh politisi kita agar tumbuh kesadaran untuk khusuk berpikir untuk rakyat, bukan untuk diri sendiri atau kelompok saja. []


Tinggalkan komentar

Kategori